Sabtu, 07 Desember 2013

Sumur Resapan Terbuka Untuk Lahan Parkir dan Jalan Raya Tergenang

SUMUR RESAPAN TERBUKA
UNTUK
LAHAN PARKIR DAN JALAN RAYA TERGENANG


Oleh: Suwardi Hagani

Lahan parkir dan jalan raya memiliki potensi  limpasan air yang besar ketika terjadi hujan lebat, karena sifat permukaan area tersebut  yang masif atau tidak meresapkan air. Kadang dengan penggunaan paving block sekalipun,  tetap memiliki potensi limpasan air hujan yang besar. Ditambah lagi jika terjadi sumbatan pada drainase  oleh endapan tanah dan sampah, maka hasil semua itu berakibat menimbulkan genangan  atau banjir dalam sekala kecil, yaitu banjir dalam bentuk genangan air hujan  di lahan parkir dan jalan raya.

Limpasan air hujan, akan memiliki dampak positif jika kita resapkan ke dalam tanah, karena akan menjadi tabungan air tanah, mengurangi dampak banjir yang merugikan, mencegah penurunan ketinggian permukaan tanah, menekan intrusi air laut ke darat dan menciptakan lahan yang lebih subur untuk kehidupan tanaman penghijauan. Pada  limpasan air hujan di area parkir dan jalan raya yang melimpah ini bisa kita serapkan lewat sumur resapan air hujan.

Sumur resapan air hujan (SRAH) konvensional yang ada selama ini, tidak bisa kita tempatkan  di bawah permukaan  area lahan parkir dan jalan raya yang  terlindas oleh ban mobil, karena bentuknya sebagai sebuah sumuran yang kosong pada bagian dalamnya, maka ketika SRAH itu tertekan oleh beban berat kendaraan, dalam jangka waktu yang lama memiliki potensi bahaya ambles yang bisa berakibat fatal bagi keselamatan manusia dan kendaraan.
Terhadap masalah tersebut  di atas, dibuatlah solusi dalam bentuk sebuah rekayasa yaitu: Sumur Resapan Terbuka, Dengan Teknik  Isian Penuh Batu Gravel dan Pipa Berpori Untuk Lahan Parkir dan Jalan Raya Tergenang”. Atau lebih ringkasnya sebagaimana judul tulisan ini di atas.

1.       Ide Dasar

a.       Sebuah sumur resapan air hujan yang dapat ditempatkan di area lahan parkir atau jalan raya, namun tetap aman terhadap keselamatan manusia dan kendaraan. Khususnya dari bahaya ambles dan terperosok ke dalam lubang SRAH.

b.      Dapat dibuat SRAH yang berukuran dalam hingga seratus meter,  namun tetap dengan biaya yang relatif murah dibanding dengan teknik yang lain.

c.       Mampu menyaring air kotor dan air yang tercemar akibat tetesan minyak dan polutan  dari kendaraan.

d.      Semua komponen harus mudah didapat dan tidak tergantung dengan buatan pabrik yang artinya dapat diciptakan oleh tukang batu dan las.

e.      Cocok untuk semua jenis tanah dan dapat  ditempatkan di semua daerah.


2.       Teknis

a.       Dicari lokasi pembuatan SRAH dengan permukaan tanah terendah tempat tujuan aliran air mengalir.

Cara menghitung kebutuhan SRAH secara sederhana adalah luas permukaan tanah yang menjadi tangkapan hujan (meter persegi) dikalikan dengan curah hujan tahunan suatu daerah (millimeter kubik) dibagi setahun (365 hari). Hasilnya dalam meter kubuk kebutuhan SRAH yang harus dibuat.
Contoh: Tangkapan air hujan di suatu lahan parkir beserta bangunannya = 1000 m2.
Curah hujan di daerah tersebut selama setahun (sumber dari badan Metrologi dan Geofisika)= 2000mm = 2m.
Dibagi setahun=365 hari
Maka kebutuhan lubang SRAH (konvensional) adalah sebesar  5,4 meter kubik.
Hitungan tersebut untuk SRAH konvensional  yang bagian lubangnya kosong, tapi karena SRAH pada sistim ini diisi dengan batu gravel secara penuh, maka harus dilipatgandakan, yaitu  dibuat sebanyak 2 buah atau 2x lebih dalam,  dengan total ukuran volume: 2 x 5,4 meter kubik.

b.      Dibuat lubang secara manual mulai dari lebar 1m x 1m hingga 2m x 2m, dengan kedalaman mulai dari 3 meter dst., hingga seratus meter, sampai bertemu dengan aliran air dalam bawah tanah.
Pembuatan lubang yang dalam, tentunya efektif dengan bantuan mesin borpile yang biasa untuk mengebor tanah dalam membuat tiang pancang bangunan bertingkat tinggi.

c.       Siapkan pipa plastik ukuran 3 inci hingga 6 inci yang diberi klem penutup pipa pada kedua bagian ujungnya. Dengan panjang 80-90% dari kedalaman sumur yang dibuat. Pipa dilubangi sebesar 10-12mm dengan mesin bor setiap jarak 5-10cm di semua sisinya. Minimal 3 batang pipa yang sudah dibentuk dan dilubangi untuk dimasukan secara vertikal.

d.      Batu gravel atau split ukuran pecahan 1-2cm sesuai kebutuhan volume meter kubik lubang yang dibuat. Pada pembuatan SRAH yang dalam hingga bertemu dengan aliran air bawah tanah, batu gravel harus dicampur batuan kapur, pasir bersih dan  arang karbon yang jumlah semuanya hingga 30% dari volume batu gravel, tujuannya membunuh bakteri, penyaringan yang lebih rapat dan menyerap racun  air yang masuk dari lahan parkir/ jalan raya.

e.      Casing penutup (drain) dari besi yang kuat, besi plat panjang atau siku, dibentuk dengan pengelasan selebar lubang yang dibuat atau agak lebih lebar.

f.        Semen dan pasir untuk membuat tempat dudukan casing penutup dan besi behel dibentuk sebagai tulangan yang memperkuat pengecoran tempat  drain.

Dinding dan lantai bawah SRAH tidak usah diplester karena cukup diisi gravel secara penuh, tentunya tidak akan terjadi runtuhan dinding lubang dan malah mempercepat proses penyerapan air ke dalam tanah.

Demikian konsep SRAH untuk lahan parkir dan jalan raya tergenang ini dan sudah kami aplikasikan di Kantor Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika, Kota Tangerang Selatan, Banten.
informasi lebih lanjut silakan hubungi saya

Terima kasih



Tangerang Selatan, 2013
twetter: Suwardi Hagani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar