Minggu, 31 Januari 2016

Cara Mengekspor Tanaman dan Kisah Eksportir Pemula

CARA MENJADI EKSPORTIR
DALAM MENGEKSPOR TANAMAN KE LUAR NEGERI
DAN KISAH SEORANG EKSPORTIR PEMULA


A. Menjadi Eksportir.
     Pasar bebas dunia khususnya pasar bebas ASEAN adalah sebuah kenyatan yang sudah berjalan dan harus kita hadapi secara positif, caranya kita harus siap menjadi wirausahawan kelas dunia. Salah satunya adalah menjadi eksportir.

    Menjadi eksportir tidak harus kita mempunyai sebuah pabrik, punya produk atau perkebunan besar, tapi menjadi eksportir hanyalah sebuah kemampuan menjual barang dari Indonesia ke manca negara.

Ekspor pohon beringin ke China
Tampak dicuci ulang di atas kontainer open top, agar bersih


     Menjadi eksportir bisa  hanya "bermodal dengkul", tapi wajib sedikit punya kemampuan bahasa asing. Lainnya boleh dibilang hanya bermodal sedikit dana.
Karena barang hasil dari hutang dan biaya pengapalan juga dari hutang kepada pelayaran, biaya hanya untuk kebutuhan pembuatan dokumen dan mondar-mandir.
Hal yang penting kita punya pembeli di luar negeri dan tentunya harus jujur, ulet serta bertanggung jawab.
Pada hakekatnya ekspor layaknya adalah sebuah perdagangan biasa tapi dengan sejumlah dokumen antar negara yang aturannya mengacu hukum internasional.
 
     Mendapatkan pembeli luar negeri bisa karena beberapa cara dan sebab:
1. Karena pembeli luar negeri datang mencai sebuah produk dan secara kebetulan " berjodoh" dengan produk tersebut kita miliki atau kita tahu sumber produksinya. Hal ini dialami alami oleh penulis yang "mendadak menjadi eksportir". Kisah tersebut diceritakan di ahir tulisan ini.
2. Karena produk kita iklankan secara global, kemudian pembeli luar negeri tertarik untuk membeli.
3. Karena kita mencari pembeli luar negeri dari produk kita lewat internet.
4. Karena kita berburu pembeli ke luar negeri "secara gagah berani', yaitu bermodal turis back packer, berkeliling mencari data dan menemui pembeli di negeri orang tidurnya di terminal dan hotel murahan. Tapi kita harus dahului dengan riset data tentang negeri tersebut.
5. Melalui pertemuan bisnis di kamar dagang (Chamber of Comerce) antar negara negara dan pameran internasional atas produk yang kita miliki.
6. Menanam agen pemasaran di negara yang bersangkutan, baik profesional marketing, teman, saudara, atau pekerja TKI yang punya akses pemasaran. Bahkan mahasiswa Indonesia di luar negeri.


    Pada tulisan ini dibahas mengekspor produk pertanian, khususnya tanaman. Penulis adalah orang yang sangat yakin bahwa: " Masa depan Indonesia ada di industri pertanian". Mari kita buktikan bersama.



B. Persiapan-persiapan Ekspor
1. Persiapan Barang
Persiapan barang atau tanaman untuk ekspor harus mengikut spesifikasi permintaan pembeli. Untuk tanaman meliputi:

a. Jenis tanaman harus benar sesuai nama latin. Contoh pohon beringin (Ficus benjamina) jangan salah karena banyak jenis pohon beringin.

b. Ukuran harus sama dengan toleransi 10% ukuran, kalau tinggi satu meter berarti toleransi kekurangan 10cm alias paling minimal ukuran tinggi 90cm.
Pengukuran pohon meliputi:
•Tinggi daun.
•Tinggi batang keras untuk jenis palem berbatang tunggal.
•Diameter batang pada pohon berkayu keras. Diukur diameter batangnya pada ketinggian satu meter dari permukaan tanah.
•Besarnya penggalian bola akar (root ball).

c. Tanaman harus dalam kondisi sehat. Baik daun, batang dan akar.

d. Standar internasional mengharuskan ekspor tanaman harus bebas dari media pembawa hama yaitu soil alias tanah. Jadi tanah harus kita cuci bersih. caranya dengan merendam lebih dulu, kemudian disemprot dengan air bersih sehingga tanah tidak ada sama sekali. Tapi harus diingat, ketika menyemprot dengan air jangan sampai membuat akar terluka.

e. Tanah setelah dibersihkan, diganti dengan cocofeat, bubuk sabut kelapa. Biasanya dicampur pasir. Tapi ingat, di negara Timur Tengah pasir dianggap tanah juga, jadi  pasir bisa bermasalah juga.


2. Persiapan Dokumen.

a. Invoice. (Berisi nama, jumlah, harga satuan dan Total harga *dalam bahasa Inggris).



b. Packing List. (Berisi nama barang, jumlah, berat satuan dan Total berat barang).

Contoh PACKING LIST


c. Certificate of Origin. (Sertifikat negara asal, dibuat di kantor Departemen Perdagangan RI).
Suwardi Hagani Bioteknologi
Certificate of Origin



d. Phythosanitary Certificate (Sertifikat karantina diurus di kantor karantina Departemen Pertanian RI. Saat ini sebelum mengekspor dan membuat sertifikat karantina harus didahului dengan mengurus Izin Pemasukan dan Pengeluaran Sumber Daya Genetik Tanaman. Di Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan perizinan Deptan RI, berlokasi di Jl. Harsono RM, Ragunan, Jakarta Selatan).



e. Shiping instruction : Sebuah informasi tertulis dari pengirim barang kepada pihak perkapalan agar mereka tahu barang yang akan di kirim.

Contoh SHIPING INSTRUCTION


3. Penghitungan harga produk meliputi:
    • Harga barang/biaya produksi
    • Biaya transportasi/freight cost.
    • Biaya dokumen /document fee.
    • Keuntungan yang kita inginkan.

C. Sistim Pembayaran.
1. Langsung (cash)
2. Telegrafic Transfer (T/T).
3. Letter of Credit (L.C).

D. Pengemasan Barang (Packing).
     Pengemasan barang adalah sesuatu yang wajib dalam perdagangan ekspor impor. Selanjutnya bagaimana cara pengemasan tanaman?
a. Pengemasan harus menyiapkan lubang Untuk masuknya oksigen.
b. Standar pengukuran inggris, yaitu menggunakan satuan inci dan kaki /feet.
c. Pada tanaman kecil, pada bagian akar bisa diberikan kapas, tisyu atau cocofeat (bubuk sabut kulit kelapa) yang diberikan air. Bagian daun dibungkus kertas.
d. Pada pohon besar bagian batangnya dibungkus karung goni atau busa yang dapat menyerap air.
Pada bagian daun dibungkus jaring paranet.

E. Angkutan Yang digunakan.
1. Darat. Dengan menggunakan truk untuk negara daratan. Minimal antara Indonesia, Malaysia dan Brunei di Kalimantan.

2. Udara. Menggunakan cargo pesawat udara.

3. Laut. Menggunakan kapal, baik terbuka di atas kapal, maupun menggunakan kontainer.

F. Standar Kebersihan Barang (Sanitary).
     Kebersihan barang, khususnya dari tanah dan hama adalah hal yang mutlak dalam ekspor tanaman.
•Jika kita mengekspor 100 kontainer tanaman, selanjutnya oleh karantina negara tujuan ditemuka satu ekor semut, maka seratus kontainer tanaman itu harus dimusnahkan.
• Jika ada tanah terbawa pada bekas telapak kaki sewaktu memuat, maka itu juga dianggap tidak higienis, maka 100 kontainer tanaman tersebut juga harus dimusnahkan. Paling minim dikembalikan ke negara asal. Tentunya eksportir akan mengalami rugi besar, dari pohon itu sendiri dan biaya pengapalan.


G. Istilah-istilah Umum dalam Ekspor Tananam.

Invoice
Packing List
Payment
Deposit payment
Balance
Curency
Bill of Ladding (B/L)
Airway Bill (AWB)
Certicate of Origin (C/O)
PEB (Pemberitahuan Ekspor Barang)
Phytosanitary Certificate
Media tanam
Cocofeat
Fumigasi
Bacida tabaci
Free on The Boat (F.O.B)
Free on The Truck (F.O.T)
Cost and Freight (CNF)
Free of The Cost (FOC)
Cost Insurance and Freight (C.I.F)
Door to Door (DoD)
20 feet (20")
40 feet (40")
Open Top Container
Dry Container
Refrigrator Container (Refers)
open one door container
Air cargo
Handling
Trucking
Stuffing
Loading
Closing
ETA
ETD
Forwarder/Shipper
Dokument fee
Bill of Ladding (B/L)



H. Kisah Dari Penulis Sebagai Eksportir Pemula
     Saya Suwardi Hagani, Ketika lulus kuliah di Universitas Indonesia sebagai sarjana ilmu arkeologi di tahun 1995, memutuskan diri menjadi petani, bukan sebagai arkeolog (maklum waktu itu jika jadi PNS gajinya sangat kecil sekali). Juga karena saya sangat hobby kegiatan sebagai aktivis lingkungan hidup sewaktu masa kuliah.
     Kemudian saya berdedikasi penuh pada usaha tanaman pohon penghijauan. Secara tiba-tiba pada tahun 1996 saya mendapatkan pembeli dari Singapura, Mr. R.P Jiccky yang pada masa kemudian akrab seperti keluarga, dan pembeli ini cocok langsung memberikan uang muka (Deposit payment), untuk mengekspor tanaman pohon palem, jenis Livistona rotundifolia, dikenal dengan nama lokal pohon palem sadeng/sadang.
     Sedikitpun saya tidak mengerti tentang ekspor/impor, narasumber untuk ditanya tidak ada, pada masa itu internetpun belum ada di masyarakat umum, apalagi mesin pencari internet, semacam google dsb.
Maka saya berpikir keras untuk tahu tentang tata cara ekspor, satu-satunya cara adalah dari buku.
Malamnya saya ke toko buku Gramedia, di Bintaro Plaza yang tidak jauh dari rumah. Langsung saya memborong sekitar 20 buku tentang ekspor impor, maklum siangnya habis menerima uang muka ekspor, jadi harga buku tidaklah masalah. Tebalnya buku total lebih dari setengah meter, saya beli dan saya membaca cepat semalaman sampai pagi, pada bagian yang penting-penting saja.
     Sungguh "buku memang sebuah jendela ilmu", dalam semalam saya terbayang jelas yang namanya ekspor impor. Tapi masalah belum selesai, karena saya tidak tahu kemana dan di mana memesan kapal serta kontainer, karena tidak ada pembahasan cara menyewa kontainer di buku yang saya beli.
Jawabannya saya dapat lewat buku pula, yaitu buku telephon yang disebut " Halaman Kuning" (yellow pages).

     Waktu itu saya pilih sebuah perusahaan perkapalan (forwader) hanya karena gambar iklannya bagus, yaitu PT Samudra Indonesia, selanjutnya dengan anak perusahaan yang bernama PT. Masaji Prayasa Cargo.
Kemudian terjadilah pemesanan dua buah kontainer lewat telphon di bagian marketing perusahaan tersebut. Dilayani oleh ibu Tri yang kemudian pada pertemuan muka setelah kapal berangkat ternyata kami saling kenal, karena dia teman sekampus saya.

Sebuah perusahaan besar sekelas PT Samudera Indonesia yang punya banyak kapal dan ribuan kontainer serta kantor cabang di seluruh dunia, para stafnya sempat panik karena baru saat itu punya klien yang mengekspor tanaman. Tentunya mereka tidak tahu "Standard Operational Procedure" (SOP) yang harus dilakukan.
   Selanjutnya dikirimlah dua buah kotainer ukuran empat puluh kaki (40 feet) yang bagian atasnya terbuka (open top container) bertutup terpal tebal. Setelah terpal penutupnya dibuka agar dapat menaikan pohon dari bagian atas, nanti jika sudah selesai memuat peran terpal diganti oleh jaring plastik yang disebut paranet.
    Kontainer telah siap untuk memuat pohon palem sadeng. Pohon ukuran tinggi lima meter daun dinaikan satu persatu dengan mobil crane ukuran kapasitas 7 ton. Lokasi memuatnya di sebuah tanah kosong daerah Pondok Jangung, Serpong. Kota Tangerang Selatan. Targetnya memuat sekitar 70-100 pohon pada setiap kontainer.
Tiba-tiba mesin seranta atau biasa disebut Radio peger berbunyi, maklum jaman itu handphone masih sangat mahal, menyampaikan sebaris pesan dengan sebaris teks yang isinya kantor pelayaran minta dihubungi. Saya cari telpon umum koin, untuk menelephon kantor pelayaran yang berada di daerah Kota Tua, Jakarta.
Ternyata barang harus dilengkapi oleh sebuah dokumen karantina yang bernama Phytosanitary Certificate, tanpa dokumen tersebut barang tidak dapat dikapalkan. Masalah lainnya pemuatan itu berlangsung pada hari sabtu dan kapal akan diberangkatkan pada minggu malam.

     Kepanikan terjadi seketika, baik oleh saya maupun pihak pelayaran. Langsung "tancap gas"  kecepatan tinggi dengan motor Yamaha RX King, dari Serpong menuju Pelabuhan Tanjung Priok dengan berdoa sebanyak-banyaknya sepanjang perjalanan.
Lokasi kantor karantina Departemen Pertanian RI juga tidak tahu sebelah mana keberadaannya di Tanjung Priok.
     Setelah bertanya-tanya sampailah pada jam 15 sore di kantor karantina, suasana sebagian karyawan kantor tersebut sedang bersiap-siap akan pulang.
Hanya tersisa satu dua orang yang melakukan pelayanan serta satu orang tersisa meminta pelayanan impor kedelai. Mungkin karena doa yang dikabulkan Tuhan, setelah bingung habis mengambil dokumen permohonan kosong, bagai ada malaikat penolong, Saya diajari cara mengisi dokumen oleh seorang bapak yang juga sedang mengurus dokumen impor kedelai itu.

Sebenarnya pengurusan dokumen karantina seharusnya dilakukan seminggu sebelumnya sedangkan saya mendadak dan pada hari sabtu pula.
Ahirnya saya memberanikan diri atas saran bapak penolong tadi, untuk masuk ke dalam kantor menemui petugas yang sudah tak ada di lobby pelayanan.
Bertemulah saya dengan sedikit gemetar kepada Bapak Maman, seorang petugas karantina Tanjung Priok yang kini telah pensiun.
Saya katakan minta dibantu, karena saya sebagai anak muda yang tidak mengerti sama sekali cara mengurus dokumen karantina, tapi mau mengekspor tanaman dan barang sudah dimuat ke dalam kontainer yang besok akan dikapalkan.
Waktu semakin senja, sementara banyak kelengkapan tidak saya bawa.
-- bersambung--
:)