Kamis, 19 Desember 2013

Cara Membuat "Hutan Tropis" Indonesia


m

How to make a "tropical rain forest"



Oleh: Suwardi Hagani


Keberadaan sebuah hutan telah disadari oleh manusia modern sebagai sebuah kebutuhan. Tapi hutan yang menjadi kebutuhan itu luasnya semakin menipis dan berkurang karena terjadinya pembukaan lahan oleh manusia.


Pembukaan lahan secara besar-besaran ini dimulai sejak jaman Indonesia kuno (mbabad alas), untuk lahan pemukiman, pembuatan ibukota kerajaan dan pertanian. Kemudian pada periode kolonial, pembabatan hutan terjadi lagi untuk lahan perkebunan-perkebunan dalam skala besar, guna menanam rempah-rempah dan komoditas perkebunan. Selanjutnya ketika periode kemerdekaan, khususnya di pulau Jawa dan sekitar ibukota provinsi di pulau-pulau lainnya, pembabatan hutan  banyak terjadi karena petani semakin terdesak untuk mencari lahan murah, sementara lahan pertanian yang dekat kota telah beralih fungsi menjadi  lahan bisnis, perumahan dan Industri. Hal inilah yang  membuat hutan tropis Indonesia hilang, menjadi lahan gersang dan daerah-daerah tandus.
Hal yang terbayang dari sebuah hutan tropis Indonesia adalah sebuah hutan belantara yang lebat, dengan naungan pohon-pohon raksasa yang menaungi atasnya dan semak belukar yang mengisi rapat pada bagian bawahnya. Dengan burung-burung berkicau ceria, kadal dan hewan liar berlarian serta kupu-kupu menari dengan indahnya.
Dari hutan tropis yang lebat inilah kita bisa merawat mata rantai kehidupan, menangkap lebatnya air hujan yang kemudian dilepas secara perlahan dalam bentuk mata air. Menciptakan milyaran ton oksigen dan membuat udara bersih yang akan dihirup oleh seluruh mahluk di muka bumi. Jadi membuat sebuah hutan tropis adalah sebuah investasi masa depan untuk kebaikan mahluk bumi dan kehidupan generasi yang akan datang.
Selanjutnya bagaimana cara membuat hutan dari sebuah lahan kosong, tanpa satupun tanaman dapat kita jadikan sebuah "hutan hujan tropis"?

Kita dapat membuat hutan, dari lahan kosong selebar  25 meter persegi hingga ribuan hektar dapat kita jadikan hutan tropis yang cantik dan mirip dengan kondisi sebenarnya. Dari pengalaman penulis selama berkreasi dalam "menciptakan sebuah hutan" di berbagai lokasi, semakin luas lahan yang tersedia semakin mudah berkreasi menciptakan hutan tropis.-- Tapi tentunya semakin besar lahannya membutuhkan sumberdaya dan sumber dana yang  semakin  besar--

Tahapan-tahapan pekerjaan yang dapat kita lakukan dalam "membuat hutan", dikisaran ilustrasi lahan seluas satu hektar adalah sebagai berikut:

A.   Perencanaan dan Pembuatan Konsep dasar
1.   Kita harus menentukan jenis hutan yang akan kita buat,  berdasarkan lokasi daerah hutan itu berada. Kita pilih salah satu dari jenis hutan yang akan kita ciptakan, meliputi:
a. Hutan dataran tinggi/pegunungan
b. Hutan dataran rendah
c. Hutan pesisir atau pantai



Penentuan ini penting karena menyangkut jenis pohon yang akan ditanam dan penataan lanskap dari hutan tersebut. Jangan terjadi karena kesalahan penentuan jenis hutan,  pohon bakau kita tanam pada hutan pegunungan dan pohon cemara pinus kita tanam di pantai, tentunya hal ini sangat tidak logis dalam penempatan vegetasi.
2. Pelajari dan inventarisasi  jenis pohon lokal daerah setempat, dengan terjun ke lapangan melalui narasumber lokal dan refrensi kepustakaan.  Jenis tanaman  lokal yang harus di inventarisasi untuk digunakan meliputi jenis:
a. Pohon tanaman keras (tree)
b. Palm-palman (palm)
c. Pakis-pakisan (fern/cycad)
d. Anggrek liar (orchid)
e. keladi-keladian (alocasia)
f. Bambu-bambuan (bamboo)
g. pandan-pandanan (Pandanus)
h. temu-temuan (spice)
i. Pisang-pisangan (musa/heliconia)
j. tanaman rambat lokal (perennial)
k. tebu-tebuan
l. semak liar (schrub)
m. rumput liar ( wild grass)
n. lumut
o. tanaman air (water plants)

jika kita sudah menginventarisir tanaman lokal berdasarkan data lapangan dan kepustakaan, barulah bisa kita membuat rencana penempatan tanaman dalam sebuah gambar denah atau peta.
 Salah satu cara mudah mendapatkan pohon lokal suatu daerah adalah dengan menginventasir nama tempat, jalan, kampung, dusun, kecamatan, nama danau, sawah dan sungai. Contoh:  Jalan Bungur, kelurahan Gandaria, Kampung Pondok Aren, Pasar Jengkol,  Kecamatan Ciputat, Waduk Jatiluhur, Situ Gintung,  Sungai Cipinang , Rawa Gelam, Kabupaten Garut dan sebagainya yang semuanya mengacu nama tanaman.

3. Pentingnya pohon lokal dalam pembuatan sebuah  hutan.
Dalam menciptakan sebuah hutan, jangan asal tanam pohon yang kita temui di pedagang tanaman. Kita juga harus memikirkan dampaknya terhadap kesimbangan ekologi dan ekosistem serta estetika. Jenis tanaman harus dari jenis yang berada di daerah tersebut atau paling jauh masih dalam negara yang sama. Karena keberadaan pohon lokal sudah berproses selama jutaan tahun di daerah tersebut, telah beradaptasi dan bersimbiosis mutualisma dengan mahluk yang berada di daerah itu.
Pohon dari negara lain, apalagi dari iklim yang berbeda, berpotensi ekspansif dan menjadi predator bagi tanaman lokal. Contoh, pohon kecrutan ketika di tanam di Kepulauan Fiji, telah berekspansi mengalahkan pohon-pohon yang ada di kepulauan itu. Hal yang sama dengan pohon kayu putih yang berasal dari Indonesia, ketika ditanam di Spanyol telah membuat tanah menjadi tandus, karena mematikan mikroba-mikroba yang menyuburkan tanah. Demikian pula dengan tanaman eceng gondok yang berasal dari daerah tropis Amerika,  telah menghancurkan vegetasi tanaman air  sungai-sungai dan danau di negara kita.

4. Pembuatan Denah atau Peta lokasi
Denah atau peta lokasi penanaman bertujuan sebagai sebuah rencana induk (masterplan) dari hutan yang kita buat, merencanakan titik tanam pohon yang akan ditempatkan, kebutuhan jumlah pohon, pembagian zonasi berdasarkan family/ordo/spesies tanaman, penentuan sumber  dan titik air ketika penanaman awal, jalur jalan setapak agar dapat dinikmati oleh pengunjung di masa yang akan datang. Pemetaan juga berguna sebagai arsip data koleksi tanaman, tahun penanaman serta dokumentasipenanamannya.

Jika kita bertujuan lebih lanjut sebagai sebuah  wanawisata, ekowisata atau hutan wisata, tentunya harus ditambah dalam pemetaan untuk zona parkir pengunjung, kantor pengelola, gerbang masuk/tiket, area berkemah (camping ground), pasilitas MCK di beberapa titik, tempat duduk beristirahat di tempat terbuka,  panggung hiburan, kantin, penjualan souvenir, tempat berteduh pengunjung (shelter), pos keamanan dan nursery bibit cadangan.

B.   Penanaman
Penanaman untuk membuat hutan,  sebaiknya dilakukan  pada awal musim hujan, lebih tepatnya di kisaran bulan november dan desember. Jangan terburu-buru untuk melakukan penanaman di bulan yang tidak tepat, karena akan berisiko kerugian dengan banyaknya pohon yang mati atau kualitasnya memburuk , biasanya kering pada cabang atas sehingga bertunas hanya di bagian pangkal bawah pohon saja.
 Jika bibit tanaman yang kita siapkan setinggi  2m.,  kemudian terpapar panas kemarau sehabis ditanam menjadi tumbuh hanya setinggi setengan meter yang bersemi, berarti kita rugi waktu, mundur dua tahun dari hasil  tinggi yang kita harapkan. Lebih baik pekerjaan  lain kita lakukan jika belum masuk musim hujan  seperti mempersiapkan jalan setapak, pembuatan lubang tanam. Pembuatan sistem air untuk penyiraman dsb.
1.       Pembuatan lubang tanam
Pembuatan lubang tanam berpijak dari peta/denah perencanaan yang telah kita buat. Berukuran sekitar 1 meter x 1 meter, kita isi dengan ¼ meter kubik kompos atau pupuk kandang.
2.       Penanaman pohon pionir
Pentingnya menanam pohon perintis atau pionir jika lahan yang akan kita buat hutan berupa lahan kosong apalagi agak tandus, gunanya menciptakan kelembaban udara dan kelembaban tanah sehingga kualitas pohon koleksi menjadi lebih baik. Pohon pionir ini dalam jangka waktu 3 tahun kita kurangi sedikit demi sedikit, hingga tersisa sejumlah yang kita anggap perlu saja. Jenis pohon pionir yang bisa kita gunakan adalah albasia (Albizia moluccana falcataria), akasia mangium (Acasia mangium), pisang (Musa padisiaca) dll
3.       Perawatan pohon baru tanam
Perawatan pohon yang baru ditanam yang paling penting adalah penyiraman secara rutin jika cuaca kering. Pembersihan dari gulma dan pohon parasit,  Pemupukan kembali  setelah  6 bulan kemudian dan pemberantasan hama. Jika semua pohon sudah hidup dengan stabil, perawatan semacam ini sudah tidak diperlukan.
4.       Penanaman pohon koleksi langka
Penanaman pohon koleksi langka bisa berbarengan dengan pohon pionir atau lebih baik setelah pohon pionir telah hidup dengan stabil, dengan ketinggian sekitar 2-3 meter.
5.       Penanaman pohon semak, rambat, koleksi langka ukuran kecil dll.
Penanaman pohon semak dan jenis yang kecil-kecil sebaiknya jika pohon koleksi dan pionir telah tumbuh dengan stabil. Sebagian sudah bisa di tahun kedua dan sebagian lagi, seperti tanaman rambat dan lumut, jika pohon sudah cukup besar dan rimbun. Sekitar ketinggian 4-5 meter.

C.    Perawatan Hutan
Perawatan hutan tujuannya adalah menjaga agar semua pohon jangan sampai sakit, rusak, hilang dan terganggu pertumbuhannya oleh ekspansi pohon lain ( terjadi praktik “hukum rimba”), sehingga koleksinya tetap lengkap dan menjadi hutan tropis yang dapat kita banggakan.


D.    Pengetahuan Dasar Nama Tanaman Lokal Yang Dapat Digunakan

a. Pohon tanaman keras (tree): albasia, angsana, bayur, bungur, bintaro,bengkiray, buni, bunut, belimbing besi, cempaka, culam, dlingsem, dukuh, dadap, eboni,  gempol, gelam, gandaria,  jamblang, johar,jengkol,  kenanga, kenari, kosambi, kluwek, kluih, kokosan,  laban, lame, langsir, lobi-lobi,  manggis, merbau,mangga, nyampung, nangka, pala, petai,  pangsor, pinus, putat,  rambutan, rukem, salam, sempur,  sonokeling, turi, tangkil, tanjung dll.

b. Palm-palman (palm): Aren, nipah, sadeng, palas duri, wanga, kiray, kelapa, lontar, mullery, pinang dll.

c. Pakis-pakisan (fern/cycad) Kadaka, Pakis haji, pakis monyet, pakis rawa, pakis batu, simbar menjangan, pakis gajah dll.

d. Anggrek (orchid) berbagai jenis anggrek liar (spesies)  bahasa Jakarta:“pleungpeung”.

e. keladi-keladian (alocasia): keladi, talas, kimpul, sente, dll.

f. Bambu-bambuan (bamboo) bambu hitam, betung,  gombong, tali, kuning, apus, ater, suling dll.

g. pandan-pandanan (Pandanus): pandan kapur, pandan laut, pandan wangi, pandan budak dll.

h. temu-temuan (spice) temu lawat, kecombrang, kunyit, honje, kencur, temu mangga dll.

i. Pisang-pisangan (musa/heliconia): Pisang batu, pisang ambon, ganyong, garut, kana dll.

j. tanaman rambat lokal (perennial): rotan, gadung, gewor, oyod, airmata pengantin, liana dll.

k. tebu-tebuan: tebu, tebu hitam, tebu putih, tebu telur , tebu gajah dll.

l. semak (schrub): miyana, bakung laut, harendong, itilbabi, cocor bebek, picisan, pulut, jotang dll.

m. rumput liar (lawn): alang-alang, rumput embun, rumput gajah, sisik betok, emprak, tapal kuda dll.

n. lumut: lumut kayu dan lumut batu dalam berbagai jenis.

o. tanaman air : apu-apu, walingi, teratai, genjer dll.

 Demikian sekilas cara membuat hutan hujan tropis yang dapat kita buat sendiri.

Sebuah pohon dapat kita lihat dari  photo satelit yang kini bisa kita dapatkansecara bebas, apalagi jika berbentuk hutan tropis.

Permukaan bumi di pulau Jawa dan kota-kota besar lainnya  di Indonesia yang tampat berwarna coklat,  oleh atap bangunan, jalan aspal dan lahan tandus,  akan kembali hijau jika kita semua dapat membuat hutan di lahan kosong milik kita sendiri atau di lingkungan sekitar kita 

Tangerang Selatan, 10 Desember 2013.


SUWARDI HAGANI:

Twetter: Suwardi Hagani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar