Senin, 07 Maret 2011

Pemindahan Ibukota

Ibukota Pindah ke Luar Jawa

(Renungan Hari Kebangkitan Nasional)


Wacana untuk memindahkan ibukota Jakarta telah bergulir ketika Presiden Sukarno berkuasa, bahkan ketika itu, para insinyur dari Uni Soviet (Rusia) telah diturunkan untuk mengawali pembuatan infrastruktur, dalam skala kecil, untuk memindahkan ibukota dari Jakarta. 

Palangkaraya adalah daerah yang dipilih Bung Karno untuk menggantikan Jakarta, sebagai pusat pemerintahan Republik Indonesia. Bahkan segelintir orang, ketika pada masa ahir pemerintahan orde baru, ada yang ingin menggeser pusat pemerintahan Jakarta, ke sebuah daerah yang sangat tidak terdukung secara terencana yaitu daerah Jonggol, di selatan Jakarta.
Pemilihan Palangkaraya, walau harus tetap dikritisi, tapi merupakan sebuah tempat di Pulau Kalimantan adalah tempat yang paling cocok dari berbagai aspek strategis.

Dalam beberapa tahun terahir wacana itu ramai kembali dibicarakan, sebenarnya apa masalah dan keuntungan jika ibukota dipindahkan dari Jakarta.
Seandainya perkembangan Kota Jakarta mengikuti masterplan tata kota yang telah dibuat pada masa Gubernur Ali Sadikin, maka kesemerawutan Jakarta tidak akan menjadi separah sekarang, sehingga sangat mahal biayanya jika harus ditata ulang kembali. Sebab membuat penataan kota yang semerawut membutuhkan biaya empat kali lebih mahal ketimbang membangun sebuah kota baru dengan perencanaan yang baik.

Kelompok Prokemapanan
Dari 250 juta penduduk Indonesia, ada segelintir orang akan akan merasa direpotkan jika Republik Indonesia membuat sebuah mandala baru pusat pemerintahannya. Dianggap sesuatu yang mengada-ada, akan memakan biaya yang sangat besar dan akan memboroskan energi perekonomian negara.
Adapula segelintir orang yang punya kepentingan ibukota tetap berada di Jakarta, baik karena gurita bisnis maupun karena kekuasaan mereka telah mengakar di Jakarta. Kelompok prokemapanan ini merasa dirugikan, karena pusat kekuasaan akan menjauh dengannya dan jaringan koneksi yang telah dibina dan terjalin selama ini.
Tapi marilah kita hitung dari berbagai aspek, seandainya kita membuat sebuah kota pusat pemerintahan baru?

Keuntungan Ekonomis
Sebenarnya tidaklah terlalu sulit dan sangat menguntungkan jika kita mau sebuah ibukota baru. Jangankan menggunakan kekuatan panitia nasional, serahkan saja kepada 10 perusahaan pengembang swasta papan atas yang telah berpengalaman membagun kota satelit, seperti PT Sumarecon, Bumi Serpong Damai, Alam Sutra, Lippo Karawaci, Bukit Sentul, Kota Parahiyangan, Solo Baru dll. Dalam waktu lima tahun mereka pasti sanggup mewujudkannya.
Tinggal beri modal kerja pinjaman multi year dari APBN yang layak untuk jangka kerja selama lima tahun. Skema pengembalian atas pinjaman modal tersebut, dari hasil penjualan pemukiman yang mereka bangun.
Para pengembang bergerak dengan senang hati, karena telah disediakan konsumen dari para pegawai pemerintah dan masyarakat yang akan berebut membelinya. Pengembang juga mendapatkan hasil dari penjualan mall, pasar, ruko dan penyewaan gedung perkantoran swasta serta apartement.
Disaat upacara penempatan kantor pemerintahan baru itu diselenggarakan, APBN yang digunakan sudah bisa balik modal. Belum lagi keuntungan dari pajak dan pertumbuhan ekonomi.
Tentunya dengan catatan penting: Ibu kota ini harus direncanakan dengan sebuah lanskap masterplan yang disiapkan secara matang, sehingga tidaak merusak lingkungan dan disain untuk kota dengan penggunaan selama 100-200 tahun ke depan.
Proyek pembangunan konstruksi secara besar-besaran, sebagaimana pengalaman negara Cina ketika mempersiapkan infrastruktur sebelum acara olimpiade olah raga , akan membuka jutaan lapangan kerja beserta turunan lapangan kerja lainnya.
Proyek ini akan memacu pertumbuhan ekonomi nasional dalam bidang jasa konstruksi dan industri pendukungnya, seperti telekomunikasi, transportasi, keuangan, dan banyak lainnya
Keuntungan lainnya adalah akan terbuka tempat pemukiman baru yang murah, bagi jutaan kaum muda yang selama ini belum terakomodasi dalam sektor perumahan. Dengan lahan tanah yang murah dan ketersediaan kayu yang melimpah di Kalimantan, akan menghasilkan harga yang kompetitif dengan infrastruktur yang pasti lebih baik. Berarti sudah menyelesakan satu masalah lain dalam penyediaan ratusan ribu rumah murah bagi generasi baru.
Pusat ekonomi baru akan tercipta di luar Jakarta dan Jawa yang sangat sulit diwujudkan selama ini, karena hampir 50% keuangan republik ini menumpuk di Jakarta. Pusat ekonomi baru ini akan memberikan dampak ekonomi pada daerah sekitarnya dan membagi kemakmuran ke Kalimantan.

Keuntungan Sosial
Lingkungan Jakarta sudah sangat kumuh sekali sebagai sebuah kota modern, cuma sekitar jalan protokol dan “segitiga emas” saja yang kita lihat sebagai sebuah kota yang tertata dengan baik, itupun melalui sejarah penggusuran demi penggusuran yang sering kita saksikan di media massa.
Jakarta sangat kekurangan ruang terbuka hijau untuk warga saling berinteraksi secara sosial, baik kepada keluarga sendiri maupun lingkungannya. Sekarang ruang terbuka hijau tinggal tersisa 9% persen dari luas kota (idealnya adalah seluas 30% persen dari luas wilayah) dalam menciptakan sebuah kota yang sehat.
Pemda DKI Jakarta sedang berupa keras melebarkan ruang terbuka hijau, melalui pembelian lahan sedikit demi sedikit untuk memenuhi 30% ruang terbuka hijau, dana yang harus dikeluarkan pasti akan besar sekali, cukup untuk membeli lahan seluas Jakarta di Kalimantan.
Warga sebuah kota yang tertata akan lebih sehat dan harmonis, karena terdukung oleh kebutuhan kegiatan sosial lebih tersalurkan. Seperti untuk kegiatan olah raga, acara kemasyarakatan, taman bermain, pendidikan, rumah sakit, keamanan pemukiman, ruang muda mudi, jaringan transportasi yang lancar, lembaga sosial dan hiburan.
Hal lain berupa masalah kependudukan di Jawa yang sudah sangat padat, otomatis akan terpecahkan dengan sendirinya karena berpindahnya masyarakat ke Kalimantan yang luasnya 5 kali pulau Jawa, dengan sendirinya berjalan proses transmigrasi mandiri.
Keuntungan Manajemen Pemerintahan dan Politik
Tahap transisi dari ibukota baru menuju ibukota baru paling cepat dalam waktu 2-5 tahun. Kota ini harus berfasilitas cybercity, dengan jaringan nirkabel dan serat optik yang terintegrasi. Tentunya hanya bisa dioperasikan oleh pegawai yang umurnya 45 tahun kebawah, biarlah yang lebih tua menunggu masa pensiun dan mengahiri kariernya di Jakarta, sehingga tenaga muda yang canggih akan menata sistem pemerintahan dalam menjawab tantangan jaman.
Secara politispun tidak akan ada lagi terjadi dendam kepada Jakarta yang selama ini begitu banyak menguras sumberdaya alam milik seluruh bangsa Indonesia di daerah. Jakarta yang diisi oleh seluruh suku bangsa indonesia, dalam bahasa yang kasar, telah menjadi penjajah bahkan terkadang perampok bagi bangsanya sendiri.

Keuntungan  Perkembangan Budaya dan Kerukunan Beragama
Anasir budaya Jawa yang kuat mewarnai pemerintahan Republik Indonesia, maka di ibukota baru akan tercipta dengan sendirinya sebuah budaya baru ibukota Indonesia.
Gedung-gedung kesenian, pertunjukan, galeri, teater akan tersedia dengan lengkap. Selama ini di Jakarta masyarakat serabutan dalam memilih tempat untuk pentas kesenian dan konser musik. Sehingga fasilitas kesenian yang memadai akan membuat muka baru kebudayaan Indonesia modern yang bermartabat.
Fasilitas keagamaan, baik yang bersifat pendidikan keagamaan dan ritual akan tertata sesuai kebutuhan umat beragama. Selama ini fasilitas keagamaan di Jakarta sudah tidak muat lagi untuk kegiatan umat untuk beberapa tahun yang akan datang.
Ibu kota baru akan menjadi kota yang berbudaya dan relijius harmonis dalam sebuah perencanaan pembangunan dan penataan kehidupan umat beragama.

Keuntungan Sumber Daya Alam, Energi dan lingkungan hidup
Sumber daya alam seperti penyediaan air bersih untuk menopang kota Jakarta dalam tahap krisis. Jakarta adalah kota besar yang hanya ditopang sekitar 30% oleh perusahaan air minum (PAM), sisanya adalah penggunaan air tanah dangkal yang sudah tercemar oleh limbah rumah tangga, industri serta intrusi air laut. Untuk sebuah kota baru di Kalimantan dengan sungai-sungai besar, hal itu bukanlah masalah, tinggal infrastruktur yang dibuat sejak pembangunan dari awal.
Pembangkit Listrik dapat dibangun dengan biaya operasional yang murah, karena berada di tempat batu bara dan minyak sebagai sumber bahan bakarnya berada.
pada sebuah kota baru dengan pembangunan drainase kota yang telah terencana dengan baik. Masalah banjir yang dengan mudah sekali melumpuhkan kota Jakarta. Hal ini tidak akan terjadi.
Lingkungan hidup yang baik dapat di ciptakan oleh manusia dengan pendekatan ilmu arsitektur landskap. Sebuah kota baru harus dirancang menjadi “green city” dalam arti yang seluas-luasnya. Dari tata ruang, teknologi yang digunakan, sikap hidup dan aktivitas warga, hingga produk yang digunakan semuanya ramah lingkungan. Semua itu bisa kita wujudkan dalam sebuah ibukota baru.

Keuntungan Pertahanan Keamanan
Sejak ribuan tahun sejarah pendirian ibukota sebuah negara, aspek keuntungan pertahanan dan keamanan merupakan pokok utama. Tentunya perancangan piranti pertahanan kota harus di disain dari ancaman pertahanan dan keamanan berbeda pada masa yang akan datang. Hal ini menyangkut benteng pertahanan warga di ibukota dari serangan senjata modern, seperti nuklir, kimia dan biologi serta konvensional.
Warga umum Jakarta selama ini sama sekali tidak disiapkan untuk pertahanan perang dan bencana, Negara Singapura malah lebih siap dalam hal ini, bahkan menjadi kewajiban bagi setiap kontraktor pembangunan rumah tinggal untuk membuat kamar pertahanan, dengan mengacu ke undang-undang pertahanan sipil di negara itu. Di ibukota baru nanti bukan hal yang sulit merancang untuk kebutuhan pertahanan keamanan masyarakat

Kesimpulannya
Memindahkan ibukota Jakarta ke Kalimantan bukanlah sebuah hal yang sulit dan tidak merepotkan, jangankan membutuhkan waktu lama, dikisaran tahun 2015 saja kita sudah sanggup dan layak memindahkannya. Tidak usahlah memikirkan infrastuktur untuk jadi panitia piala dunia sepak bola 2022, cukup kita membuat ibukota baru, akan memecahkan banyak masalah pembangunan dengan sendirinya, seperti pertumbuhan ekonomi, lapangan kerja, pemukiman, transmigrasi, pemerataan dan pertahanan keamanan yang lebih baik.
Pemerintah bisa membangun kemitraan dengan swasta, sehingga biayanya relatif kecil dan APBN yang digunakan pasti balik modal, jug secara tidak langsung lewat pertumbuhan ekonomi dan berkurangnya beban pembangunan.
Jakarta bernapas lega dari perkembangan kota yang semerawut. Jakarta dengan daya dukung sangat terbatas, sudah tidak sanggup lagi menjadi kota masa depan yang ramah lingkungan dan manusiawi. Ayo kita bangun ibukota baru untuk kebangkitan masa depan Indonesia:
 “merdeka!!!”.

*********Suwardi Hagani*************

Tidak ada komentar:

Posting Komentar