DOKTRIN
PERTAHANAN
|
Aneka Roket Lapan |
Oleh: Suwardi Hagani
Dalam peperangan dua ribu tahun terahir , penggunaan senjata
artileri (artilery) atau senjata dengan tembakan lengkung, telah banyak merubah
arah pertempuran dan pertahanan. Mulai
dari artileri yang paling primitif, berbentuk tuas kayu bernama
bandring/ketapel
yang diisi batu besar untuk
dilontarkan membobol benteng musuh,
kemudian berkembang lagi, batunya dibungkus kain yang dilumuri minyak tanah,
dibakar ketika dilontarkan sehingga
menjadi bola api terbang, sebagamana Sultan Salahudin (Saladin) gunakan dalam merebut Benteng Yerusalem.
Pada periode selanjutnya setelah digunakannya bubuk
mesiu, artileri berbentuk
meriam
sundut, cukup lama bertengger
sebagai sebuah kekuatan senjata tembakan lengkung di darat dan lautan yang menjadikan bangsa eropa menguasi dunia.
|
Parade Roket Depan Gelora Bung Karno |
|
Kapal Terpedo TNI AL Kelas Komar
yang "Battle proven" Era 1960an |
Selanjutnya
mortir menjadi era artileri perang
modern hingga saat ini, kemudian artileri modern terahir yang berkembang sejak perang dunia ke-2 adalah
roket,
sebagai sebuah kekuatan artileri dengan kemampuan yang paling lengkap, jauh dan dahsyat.
|
Sisa benteng Surosowan, Banten |
Tulisan ini dibuat dari pengalaman pahit bangsa ini, jangan
sampai terulang lagi Nusantara bertekuk lutut, sebagaimana kerajaan Banten di
Nusantara, bertekuk lutut, karena benteng pertahanan di Istana Surosowan, kini
kawasan Banten Lama, diserang oleh
artileri Belanda, pimpinan Pieter
Joen Coen. Istana Surosowan yang besar, tebal dan megah itu, ditembak meriam
sundut dari arah laut selama sebulan
lebih secara terus menerus, dengan
tembakan lengkung dari kapal perang
Belanda, tak bisa tahan, ahirnya Benteng
Kerajaan Banten hancur dan kalah.
Jangan terulang lagi pesawat tempur negara Australia
berputar-putar menari di atas Bandara El Tari, Kupang NTT, pasca lepasnya Timor Timur, karena kita sama
sekali tidak memiliki artileri pertahanan udara yang memadai di Bandara itu
untuk menangkal pesawat sekelas F 18 Hornet.
Jangan terulang lagi kapal perang TLDM menyiram para marinir
TNI AL, dengan hempasan ombak kapal yang sengaja ke arahkan kepada para tentara
kita, ketika sedang berjaga di Karang Unarang, Ambalat. Seandainya kita mampu
membuat roket /torpedo jinjing seperti layaknya rudal panggul anti serangan udara TNI AU, tentunya
kapal perang TLDM tidak berani mendekat dan melecehkan. Marinir TNI AL di tahun 2005 itu tidak perlu
nekat, melakukan operasi senyap secara manual
atas inisiatif sendiri, sehingga secara
tiba-tiba sudah berada di atas ajungan kapal TLDM dengan menodongkan
senjata, memaki dan mengusir kapal perang
TLDM. Walau habis menggertak tapi pulangnya dengan melompat bak ikan nyemlung ke laut untuk kembali ke pos.
|
Pesawat mata-mata USA |
Dan Jangan terulang lagi pesawat mata-mata negara lain hilir
mudik di atas langit kita, seenaknya tanpa kita bisa berbuat apa-apa. Seandainya kita memiliki sistim artileri roket
pertahanan udara jarak jauh di setiap wilayah, tentunya akan dapat dengan mudah
kita kunci dan mereka tak akan berani lewat tanpa permisi. Demikian pula dengan
kapal-kapal selam negara lain yang hilir mudik di dalam laut kita.
Kita dapat mengatasi semua masalahan di atas dengan membuat
doktrin perang baru yang menjadi pelengkap strategi yang sudah ada, dengan nama
Doktrin Roket Pagar Nusantara, yaitu
menjadikan roket, baik roket kendali maupun non kendali, menjadi alat utama
sistim senjata (alutsista) di semua matra TNI, di semua wilayah pertahanan, di
semua komando daerah, di semua brigade, divisi, armada, bandara, pangkalan
hingga pos terluar. Sehingga roket menjadi pagar berduri yang siap
menghancurkan dan siap melumat pasukan, tank, pesawat tempur, kapal perang,
kapal selam hingga satelit yang mencoba nakal memasuki wilayah NKRI.
Pemikiran yang menjadikan Doktrin
Roket Pagar Nusantara dikembangkan adalah:
- 1. Roket memiliki daya tangkal dan daya getar yang sudah
terbukti dalam banyak pertempuran.
- 2.
Kita mulai memiliki kemampuan teknologi dasar
roket, yaitu bahan bakar roket yang selama ini disimpan rapat oleh pemilik
teknologi bahan bakar roket (istilahnya,
rocket rezime). Selanjutnya tinggal dikembangan tentang sistem kendali dan penjejagan. Program membuat 1000 roket pertahun oleh Departemen Pertahanan dan Pabrik Bahan Bakar Roket di Jawa Barat adalah awal yang bagus.
Roket TNI Buatan Indonesia |
|
Aneka Roket Lapan |
- 3. Murah jika kita buat sendiri. Nilai ekonomis perang sebuah roket buatan sendiri menjadi sangat murah. Sebuah roket seharga ratusan juta, mampu merusak dan menghancurkan alutsista musuh yang berharga ratusan milyar hingga trilyunan.
- 4.
Cocok untuk semua flatform/matra di TNI, baik Angkatan
Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara. Tinggalah keragaman jenis roket harus
mampu kita buat, sesuai kebutuhan masing-masing kesatuan, dari yang sebesar bambu hingga sebesar menara
masjid. Entah bernama RPG, mortir, rudal atau torpedo.
- 5.
Sangat portable jika harus ada pergeseran kekuatan
dengan cepat, cukup dengan hitungan menit dan jam dalam penyiapan dan
pergeserannya. Operatornya lebih sedikit, pangkalan, perawatan dan pergudangannya lebih ringkas. Bahkan daya jangkau jarak jauh merupakan kemampuan perpindahan ruang yang menjadi sifat roket itu sendiri.
- 6.
Dapat menjadi alat yang bersifat sistem pertahanan (depensif), maupun sebagai alat
penyerbuan (opensif) ke jantung
pertahanan musuh, tanpa mengandalkan
penerjunan satupun pasukan.
- 7.
Masih bisa dikembangkan untuk bentuk yang lebih senyap (silent) dan siluman (stealth), terhadap radar
sistem pertahanan anti roket musuh.
|
Iran Sukses Dengan Diplomasi Roket |
- 8.
Menjadi kekuatan yang berlipat daya gempurnya
dari sebuah pasukan, sebuah mobil patroli, sebuah pesawat atau kapal perang.
- 9.
Bisa dijadikan alat tawar diplomasi politik
internasional, jika kita sudah memiliki
kemampuan yang berkapasitas roket lintas negara dan lintas benua.
Demikian sekedar pemikiran ringan untuk pertahanan dan
kekuatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, semoga di darat, dilaut dan di
udara kita jaya.
Tangerang Selatan, 10 November 2013
|
Roket RX 550 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar