SUMUR RESAPAN TERBUKA
UNTUK
LAHAN PARKIR DAN JALAN RAYA TERGENANG
Oleh: Suwardi Hagani
Lahan parkir dan jalan raya memiliki potensi limpasan air yang besar ketika terjadi hujan
lebat, karena sifat permukaan area tersebut yang masif atau tidak meresapkan air. Kadang
dengan penggunaan paving block
sekalipun, tetap memiliki potensi
limpasan air hujan yang besar. Ditambah
lagi jika terjadi sumbatan pada drainase oleh endapan tanah dan sampah, maka hasil
semua itu berakibat menimbulkan genangan atau
banjir dalam sekala kecil, yaitu banjir dalam bentuk genangan air hujan di lahan parkir dan jalan raya.
Limpasan air hujan, akan memiliki dampak positif jika kita
resapkan ke dalam tanah, karena akan menjadi tabungan air tanah, mengurangi
dampak banjir yang merugikan, mencegah penurunan ketinggian permukaan tanah,
menekan intrusi air laut ke darat dan menciptakan lahan yang lebih subur untuk
kehidupan tanaman penghijauan. Pada limpasan air hujan di area parkir dan jalan
raya yang melimpah ini bisa kita serapkan lewat sumur resapan air hujan.
Sumur resapan air hujan (SRAH) konvensional yang ada selama ini, tidak bisa kita tempatkan di bawah permukaan area lahan parkir dan jalan raya yang terlindas oleh ban mobil, karena bentuknya
sebagai sebuah sumuran yang kosong pada bagian dalamnya, maka ketika SRAH itu
tertekan oleh beban berat kendaraan, dalam jangka waktu yang lama memiliki
potensi bahaya ambles yang bisa berakibat fatal bagi keselamatan manusia dan
kendaraan.
Terhadap masalah tersebut di atas, dibuatlah solusi dalam bentuk sebuah
rekayasa yaitu: “Sumur Resapan Terbuka, Dengan
Teknik Isian Penuh Batu Gravel dan Pipa
Berpori Untuk Lahan Parkir dan Jalan Raya Tergenang”. Atau lebih ringkasnya
sebagaimana judul tulisan ini di atas.
1. Ide Dasar
a.
Sebuah sumur resapan air hujan yang dapat
ditempatkan di area lahan parkir atau jalan raya, namun tetap aman terhadap
keselamatan manusia dan kendaraan. Khususnya dari bahaya ambles dan terperosok
ke dalam lubang SRAH.
b.
Dapat dibuat SRAH yang berukuran dalam hingga
seratus meter, namun tetap dengan biaya
yang relatif murah dibanding dengan teknik yang lain.
c.
Mampu menyaring air kotor dan air yang tercemar
akibat tetesan minyak dan polutan dari
kendaraan.
d.
Semua komponen harus mudah didapat dan tidak
tergantung dengan buatan pabrik yang artinya dapat diciptakan oleh tukang batu
dan las.
e.
Cocok untuk semua jenis tanah dan dapat ditempatkan di semua daerah.
2. Teknis
a.
Dicari lokasi pembuatan SRAH dengan permukaan
tanah terendah tempat tujuan aliran air mengalir.
Cara menghitung kebutuhan SRAH secara sederhana adalah luas permukaan
tanah yang menjadi tangkapan hujan (meter persegi) dikalikan dengan curah hujan
tahunan suatu daerah (millimeter kubik) dibagi setahun (365 hari). Hasilnya
dalam meter kubuk kebutuhan SRAH yang harus dibuat.
Contoh: Tangkapan air hujan di suatu lahan parkir beserta bangunannya =
1000 m2.
Curah hujan di daerah tersebut selama setahun (sumber dari badan
Metrologi dan Geofisika)= 2000mm = 2m.
Dibagi setahun=365 hari
Maka kebutuhan lubang SRAH (konvensional) adalah sebesar 5,4 meter kubik.
Hitungan tersebut untuk SRAH konvensional
yang bagian lubangnya kosong, tapi karena SRAH pada sistim ini diisi
dengan batu gravel secara penuh, maka harus dilipatgandakan, yaitu dibuat sebanyak 2 buah atau 2x lebih
dalam, dengan total ukuran volume: 2 x
5,4 meter kubik.
b.
Dibuat lubang secara manual mulai dari lebar 1m
x 1m hingga 2m x 2m, dengan kedalaman mulai dari 3 meter dst., hingga seratus
meter, sampai bertemu dengan aliran air dalam bawah tanah.
Pembuatan lubang yang dalam, tentunya efektif dengan bantuan mesin
borpile yang biasa untuk mengebor tanah dalam membuat tiang pancang bangunan
bertingkat tinggi.
c.
Siapkan pipa plastik ukuran 3 inci hingga 6 inci
yang diberi klem penutup pipa pada kedua bagian ujungnya. Dengan panjang 80-90%
dari kedalaman sumur yang dibuat. Pipa dilubangi sebesar 10-12mm dengan mesin
bor setiap jarak 5-10cm di semua sisinya. Minimal 3 batang pipa yang sudah
dibentuk dan dilubangi untuk dimasukan secara vertikal.
d.
Batu gravel atau split ukuran pecahan 1-2cm
sesuai kebutuhan volume meter kubik lubang yang dibuat. Pada pembuatan SRAH yang
dalam hingga bertemu dengan aliran air bawah tanah, batu gravel harus dicampur batuan
kapur, pasir bersih dan arang karbon
yang jumlah semuanya hingga 30% dari volume batu gravel, tujuannya membunuh
bakteri, penyaringan yang lebih rapat dan menyerap racun air yang masuk dari lahan parkir/ jalan raya.
e.
Casing penutup (drain) dari besi yang kuat, besi plat panjang atau siku, dibentuk
dengan pengelasan selebar lubang yang dibuat atau agak lebih lebar.
f.
Semen dan pasir untuk membuat tempat dudukan
casing penutup dan besi behel dibentuk sebagai tulangan yang memperkuat
pengecoran tempat drain.
Dinding dan lantai bawah SRAH tidak usah diplester karena cukup diisi
gravel secara penuh, tentunya tidak akan terjadi runtuhan dinding lubang dan
malah mempercepat proses penyerapan air ke dalam tanah.
Demikian konsep SRAH untuk lahan parkir dan jalan raya tergenang ini dan sudah kami aplikasikan di Kantor Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika, Kota Tangerang Selatan, Banten.
informasi lebih lanjut silakan hubungi saya
informasi lebih lanjut silakan hubungi saya
Terima kasih
Tangerang
Selatan, 2013
email: suwardihagani@gmail.com
twetter: Suwardi Hagani
Tidak ada komentar:
Posting Komentar